1. Rice bran oil.  Sebagai masyarakat pemakan beras, kita pasti punya banyak sekali bekatul yang bisa diambil minyaknya.  Dan, adalah tugas ahli2 ilmu pangan agar Gamma orizanol yang ada di minyak ini tetap bertahan selama proses pengolahan.
  2. Kelapa.  Kita punya seabreg-abreg, dan pantai-pantai kita memang sungguh cocok untuk budidaya kelapa.  Kita bisa mencegah abrasi, sekaligus menuai buahnya.  Tidak perlu pembakaran dan pembabatan hutan untuk menanam kelapa.
  3. Minyak dan lemak dari buah-buahan tropis, seperti mangga dan rambutan. Keduanya banyak digunakan untuk produk2 kosmetik, seperti lotion, sabun, shampoo. dan lipbalm.  Pohon mangga dan rambutan, juga-pohon buah-buahan besar yang lain (kelengkeng, durian, manggis, nangka), serta tanaman pendamping cepat panen (pandan, anggrek, vanili,  jahe-jahean, dan rotan)  bisa digunakan untuk reklamasi lahan bekas pembabatan hutan.  Reklamasi dengan tanaman produktif akan mendorong masyarakat lokal untuk turut memelihara karena mereka dapat menuai hasilnya secara berkesinambungan.  Di sisi konsumen, buah-buahan ini akan tersedia dalam jumlah yang melimpah sehingga harganya terjangkau, rakyat menjadi sehat, dan tukang rujak akan mendapat penghasilan tambahan dari biji mangga yang biasanya dibuang2.
  4. Minyak kemiri.  Ini belum banyak terdapat di pasar internasional.  Kalau kita meneliti dan mengembangkannya, then, we’ll be the first!!
  5. Minyak kacang tanah.  Budidaya kacang tanah di sela2 budidaya padi akan meningkatkan kesuburan lahan.
  6. Minyak ikan.  Saya rasa yang terakhir ini sangatlah potensial dan penting untuk dikembangkan.  Limbah pengolahan ikan di kita sangat banyak. Kalau diolah dengan benar, kandungan vitamin A-nya sangat tinggi (minyak sawit merah hanya memiliki beta caroten, bukan vitamin A).  Di saat yang sama, kasus defisiensi vitamin A di Indonesia juga masih sangat tinggi, dan sumber2 vitamin A alami sulit diakses masyarakat bawah karena harganya relatif mahal.  Nah, jika kita bisa mengolah minyak ikan dari limbah ikan, memperbaiki cita rasanya, dan memasarkannya dengan harga yang terjangkau sampai ke pelosok2 gunung sana.. bayangkan: anak-anak Indonesia akan tumbuh sehat, cerdas, bebas dari kebutaan, dan kita tidak lagi tergantung pada negara2 donor untuk mensuplai kebutuhan kapsul vitamin A.

Saya rasa kalau universitas yang letaknya di dekat pantai bersedia mengembangkan minyak ikan, yang di daerah penghasil kelapa bersedia mengembangkan minyak kelapa, dan seterusnya maka dengan sendirinya akan terbentuk sentra-sentra penelitian dan keahlian yang lebih terfokus dan hasilnya bisa maksimal.

Semoga bisa menjadi inspirasi.

All the best for Indonesia,

daisy (Anggota PATPI di Australia)