ESTI ROSALIANA

Biji kelor dapat dipergunakan sebagai salah satu koagulan alami alternatif yang tersedia secara lokal dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Biji kelor yang dipergunakan dibiarkan sampai matang atau tua dipohon baru dipanen setelah kering dengan kadar air kurang lebih sama dengan 10%. Menurut penelitian dilaporkan bahwa tepung biji kelor adalah bahan alami yang dapat membersihkan limbah cair relatif sama efektifnya bila dilakukan dengan cara pembersihan menggunakan bahan kimia. Tepung biji kelor mampu mereduksi bakteri secara luar biasa yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel-partikel padat, sekaligus menjernihkan air yang relatif aman serta dapat  digunakan sebagai air minum.

Penelitian telah mengidentifikasi adanya zat anti bakteri dalam biji kelor, yaitu 4-α-L-rhamnosyloxyl-benzyl isothiocyanate. Zat aktif tersebut berfungsi menetralkan tegangan permukaan sekaligus mengikat partikel koloid limbah cair (Ritwan, 2004).

Apabila didalam air tedapat bakteri E.coli (salah satu yang disyaratkan tidak ada dalam air minum) maka dapat teredukasi atau mati. Selama pengadukan dalam koagulasi, tepung biji kelor akan mengikat dan menggumpalkan partikel koloid dalam limbah cair termasuk bakteri, sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar. Yang mudah tenggelam membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air.

Berdasarkan hasil penelitian Pulungan dkk (2007), didapatkan bahwa penambahan serbuk biji kelor sebanyak 12 % b/v dan waktu tinggal selama 3 jam, dapat menurunkan nilai BOD menjadi 191,67 mg/l, menurunkan nilai TSS menjadi 81,57 mg/l, dan meningkatkan nilai DO menjadi 4,28 mg/l, sementara nilai pH menjadi 3,87. Menurut Muyibi dan Evison (1995) koagulan biji kelor mampu menurunkan kekeruhan antara 92% hingga 99%. Pada 1 hingga 2 jam pertama proses koagulasi, bakteri-bakteri disi dalam air telah terkonsentrasi pada endapan sebagai hasil koagulasi.