Nur Hidayat
Lemak hewani dan lipida nabati sering menjadi permasalahan dalam sistem pengolahan limbah padat maupun cair. Dalam sistem penampungan limbah cair, lemak dan lipida sering menyebabkan penyumbatan pipa saluran limbah dan menghasilkan bau yang mengganggu. Pada kondisi anaerob, lemak dan lipida sering menyebabkan korosi pipa. Limbah yang mengandung lipida hewani ataupun nabati banyak dihasilkan dari restoran ataupun unit operasi industri. Secara kimia lipida adalah trigliserida yang terdiri dari rantai lurus asam lemak dan gliserol.
Lipid dari limbah rumah makan dapat berasal tumbuhan, hewan dan ikan.pada limbah ikan, misalnya ikan lemuru maka yang sering dibuang adalah kepala, bagain pencernaan dan hati yang mengadung lipid 5,67% pdabagian kepala, 5,08 % pada pendernaan dan hatisebanyak 5,80 %. Komposisi asam lemak limbah ikan lemuru umumnya adalah asam lemak jenuh, monounsaturated dan polyunsaturated fatty acid (PUFA) dengan asam lemak seperti palmitat, stearat, oleat, arakhidonat, eikosapentanoat dan dokosaheksaenoat. Total kandungan asam lemak jenuhnya paling tinggi pada hati (42, 70 – 50,37 %) dan paling rendah pada kepala (Khoddami, et. al. 2009).
Degradasi asam lemak akan menyebabkan turunnya pH. Hal ini menyebabkan aktivitas perombakan oleh bakteri lipolitik pendegradasi surfaktan turun aktivitasnya karena bakteri-bakteri ini umumnya tumbuh pada pH netral dan alkali. Penurunan pH dapat diekan jika degradasi dilakukan menggunakan cahaya atau lebih dikenal dengan degradasi fotolitik Oksidasi fotolitik akan belangsung baik jika ditambahkan oksidan seperti persulfate dan hydrogen peroksida (Sanchez, et al, 2008). Oleh sebab itu penggabungan degradasi lemak menggunakan bakteri dan cahaya matahari perlu dikembangkan, misalnya menggunakan system bio-filter horizontal terbuka.