Nur Hidayat
Simbiosis mikorisa merupakan asosiasi antara sistem perakaran tanaman dengan kelompok jamur tanah tertentu. Hubungan ini saling menguntungkan, tanaman mendapatkan hara lebih banyak dari tanah, jamur mendapatkan fotosintat dari tanaman. Fosfor merupakan hara yang diperlukan dalam jumlah banyak sedang di dalam tanah ketersediaannya terbatas. Hampir semua tanaman yang tumbuh di alam terinfeksi mikorisa.
Mikorisa dibedakan atas ektomikorisa dan endomikorisa. Ektomikorisa tipe yang paling dikenal dan mudah dilihat dengan mata biasa. Ektomikorisa ini terutama menginfeksi tanaman kehutanan dari kelompok Betulaceae, Fagaceae, dan Pinaceae. Akar yang terinfeksi ektomikorisa bercabang pendek dan membengkak, sering bercabang dikotom, dan kadang-kadang membentuk pigmen. Jamur ini termasuk Basidiomycotina (membentuk badan buah) dan jarang yang termasuk Ascomycotina. Jamur ini sering membentuk selubung pada permukaan akar yang dapat mencapai ketebalan tertentu yang disebut hartignet.
Endomikorisa berbeda dengan ektomikorisa dalam hal pembentukan miselium di sekeliling akar. Miselium masuk di antara dan di dalam sel korteks akar. Untuk melihat infeksi endomikorisa, akar harus dicat khusus dan diamati dengan mikroskop. Endomikorisa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
- Mikorisa ericaceous, merupakan asosiasi antara akar Ericales dengan jamur dari kelompok Ascomycotina.
- Mikorisa orchidaceous, merupakan asosiasi antara anggrek dengan jamur dari kelompok Basidiomycotina.
- Mikorisa vasikular arbuskular (MVA), merupakan asosiasi antara tanaman golongan Angiospermae, Gymnospermae, dan paku-pakuan dengan jamur dari kelompok Endoganales.
Kebanyakan jamur yang membentuk ektomikorisa dapat ditumbuhkan secara aksenik di laboratorium. Jamur ini mempunyai siklus seksual. banyak dari anggota kelompok Basidiomycotina telah dikenal karakteristik morfologinya. Oleh karena itu, penggunaan ektomikorisa pada tanaman kehutanan berkembang lebih cepat jika dibandingkan dengan endomikorisa.
Jamur MVA mengadakan asosiasi dengan akar tanaman dan infeksinya pada bagian korteks akar. Di dalam akar, jamur MVA membentuk arbuskul dan vesikel. Arbuskul merupakan hifa bercabang halus yang dapat meningkatkan 2- 3 kali luas permukaan plasmolema akar, dan dapat digunakan untuk memindahkan nutrien antara jamur dan tanaman. Arbuskul dapat dibentuk 2 – 3 hari setelah infeksi. Di dalam akar juga terbentuk vesikel yang merupakan organ penyimpan. Jika korteks sobek, vesikel dibebaskan ke dalam tanah, dan selanjutnya dapat berkecambah yang merupakan profagul infektif. Bagian penting pada MVA ialah hifa eksterna yang dibentuk di luar akar tanaman. Hifa ini membantu memperluas daerah penyerapan akar tanaman. Panjang miselium eksterna dapat mencapai 80 cm per cm panjang akar, misalnya pada tanaman bawang merah. Perkembangan miselium eksterna sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah, terutama aerasi.
Sampai saat ini, MVA belum berhasil ditumbuhkan pada media buatan. Di dalam media agar, spora berkecambah dan tumbuh membentuk miselium. Hifa yang tumbuh pada kultur tidak dapat ditumbuhkan lagi pada media lain. Diduga MVA merupakan obligat simbion.
Pada akar tanaman yang diinfeksi MVA, aktivitas fosfatase asam meningkat. Enzim ini mengkatalisis hidrolisis kompleks fosfor tak larut dalam tanah. Oleh karena itu, fosfor tersedia pada daerah ini meningkat. Akibat dari meningkatnya pengambilan hara pada akar yang terinfeksi mikorisa, hasil tanaman meningkat, penyerapan unsur lain misalnya nitrogen, Zn, Cu, dan S juga meningkat.
Inokulasi MVA akan mengurangi pemberian pupuk fosfor sebesar 75%. Untuk menghemat pupuk dapat juga digunakan batuan fosfat atau tepung tulang. Pupuk ini dapat digunakan oleh tanaman yang terinfeksi MVA. Selain meningkatkan unsur hara, MVA dapat menolong tanaman hidup lebih baik selama periode kekurangan air. Misalnya pada apokat, kemampuan bibit untuk hidup meningkat, karena MVA meningkatkan penyerapan air. Namun demikian, dengan meningkatnya unsur hara tanaman menjadi lebih peka sehingga resistensi tanaman menjadi turun misalnya pada tanaman tembakau.
Ektomikorisa kadang-kadang dianggap sebagai asosiasi jamur yang membentuk sarung atau mantel dengan atau tanpa hartignet pada akar tanaman. Mantel itu mungkin hanya menutupi sebagian akar saja, sehingga dapat disebut sebagai selimut mikorisa. Mantel/sarung ektomikorisa ini terdapat pada bagian luar akar yang terinfeksi. Sarung ini mempunyai ketebalan dan kandungan yang berbeda-beda. Di bagian luar biasanya kompak, isinya terdiri dari glikogen, polifosfat, dan organel. Bagian yang paling luar biasanya sudah mati dan terdapat bakteri.
Masuknya hifa ke dalam sel epidermis dan kemudian masuk ke dalam kortek diduga secara mekanis, hal ini disebabkan jamur tersebut tidak mampu menghancurkan selulosa dan pektin. Hartignet kemungkinan besar berfungsi sebagai tempat pertukaran material antara tanaman dengan jamur