Inokulum telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam bidang pangan misalnya inokulum yang banyak dikenal adalah untuk pembuatan tempe, tape, roti, kecap, dan produk – produk fermentasi lainnya. Dalam bidang lingkungan kini telah dikenal EM yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Beberapa perusahaan juga mengembangkan inokulum sendiri untuk mengolah limbah perusahaannya karena sifat limbahnya yang spesifik.

Inokulum dapat berisi satu jenis mikrobia ataupun lebih tergantung keperluannya. Penggunaan monokultur akan memudahkan dalam penanganannannya karena sifat jasad yang dikendalikan hanya satu jenis. Berbeda halnya dengan multikultur. Multikultur akan lebih sulit pembuatannya karena melibatkan lebih dari satu mikroorganisme. Adanya pengaruh negative hasil metabolism satu jasad terhadap jasad yang lain perlu diperhatikan. Sifat antagonis antar jasad harus dketahui untuk mencegah adanya penghambatan pertumbuhan salah satu organisme yang dikembangkan. Jasad yang akan digunakan dalam kultur campuran haruslah telah teruji tidak adanya sifat antagonis antar jasad selama proses yang dikehendaki. Apabila ada, maka antagonis itu memang dikehendaki. Dalam ragi tape, mikrobia yang ada sebenarnya saling bersifat antagonis dari metabolitnya. Namun demikian, keadaan ini menjadikan tape sesuai dengan yang dikehendaki konsumen. Pada tahap awal organisme amilolitik akan mengubah pati menjadi gula. Adanya gula akan memicu pertumbuhan khamir dan mengubah gula yang ada menjadi alcohol, adanya alkohol akan menghambat pertumbuhan jasad amilolitik namun memicu pertumbuhan  bakteri pengoksidasi alkohol (Hidayat dkk, 2006).

Dalam proses bioremediasi senyawa – senyawa kompleks umumnya digunakan jasad multikultur daripada monokultur. Pada substrat campuran (Krishnan and Saramma, 2005), degradasi protein dan karbohidrat lebih baik pada penggunaan kultur campuran daripada kutur tunggal dan sebaliknya untuk lipid. Adanya sumber – sumber metabolit yang mudah dimetabolisme seperti glukosa dan asam amino menyebabkan degradasi lipid terhambat. Degrdasi lipid meningkat setelah metabolit tersebut bekurang. Oleh sebab itu untuk degrdasi lipid pada substrat kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pada bakteri pembentuk spora, maka produksi spora menjadi penting dalam pembuatan inokulum. Medium yang digunakan tidaklah sama antara satu bakteri dengan bakteri lainnya. Strain Clostridium bifermentans mampu tumbuh baik pada medium sintetik yang mengandung asam amino vitamin-vitamin dan garam-garam anorganik dengan glukosa sebagai sumber energy. Selain macam medium, parameter lain seperti pH, konsentrasi protein dan gula memiliki peran penting dalam sporulasi. Konsentrasi gula yang rendah dengan pH netral sampai alkali mendukung sporulasi beberapa strain Clostrodium (Sembries and Crawford, 1997).

Salah satu alasan kegagalan inokulasi pada proses mikrobiologis adalah ukuran inokulum yang tidak sesuai. Bakteri-bakteri yang ditumbuhkan pda medium kaya mampu tumbuh baik dalam volume kecil, ketika dimasukkan dalam volume besar, polutan-polutan kimia dalam air dan tanah sering menghambat replikasi atau kemampuan degradasi karena adanya kopetisi dengan mikrobia dari lingkungan dalam penggunaan nutrisi, kemungkinan adanya predator dan parsit sebelum bakteri sempat tumbuh dengan baik. Ramadan, et al. (1990) melaporkan bahwa penggunaan Pseudomonas cepasia sebanyak 120 dan 230 sel/mL pada air danau yang mengandung PNP (r-nitrophenol) 1,0 mg/mL menunjukkan penurunan jumlah sampai di bawah batas deteksi. Pada konsentrasi yang tinggi juga terjadi penurunan jumlah namun masih mampu melakukan penggandaan diri.