Mendengar kata silicon bayangan kita yang selalu muncul adalah suntik silicon untuk mengubah tubuh kita agar tambak lebih indah. Kegagalan suntik silicon sering menjadi momok bagi mereka yang menginginkannya. Tapi benarkah silicon hanya untuk mempercantik, apakah kita tidak membutuhkan silicon? Ataukah jangan2 kita malah sering mengkonsumsinya?
Pada dasarnya semua binatang termasuk kita manusia membutuhkan silicon. Silokon berpengaruh positif bagi struktur kulit dan tulang kita, menambah panjang rambut, menguatkan kuku dan mengurangi resiko atherosclerosis. Silikon juga mampu menstimulasi sintesis kolagen tipe I dan mineralisasi tulang.
Kita masih diijinkan mengkonsumsi silicon sekitar 10 – 25 mg/hari namun tidak dianjurkan untuk konsentrasi di atasnya. Silikon secara alami sering terdapat pada makanan dalam beberapa bentuk seperti phytolytic silica, orthosolicic acid dan turunannya, serta polydimethylosiloxane (PDMS). Silicon seringa da dalam produk makanan kita ada bersama-sama dengan natrium, magnesium. Kalsium dan aluminium silikat. PDMS dan SiO2 sering digunakan sebagai food additive yang berfungsi sebagai anti-foaming, anti-coating, penjernihan dan beberapa fungsi lainnya. Maksimum yang diijinkan untuk SiO2 adalah 1% pada makanan berbentuk tepung kering, sedangkan kandungan silikat yang digunakan sebagai karier pewarna makanan tidak boleh lebih dari 900 g/kg.
Silikon diserap oleh penceranaan sebagai orthosilicic acid termasuk bentuk oligomernya yang kemudian dieksresikan oleh ginjal. Tingkat toksik akan terjadi jika mengkonsumsi sebanyak 700 mg/hari dan berbahaya jika mencapai 3 g/hari. Oleh sebab itu rajin-rajinlah membaca informasi yang ada pada kemasan agar kita terhindar dari konsumsi silicon secara belebihan.
Berikut beberapa contoh produk instan yang kemungkinan mengandung silicon (mg/100 g), penelitian dilakukan di suatu Negara yang cukup peduli pada kesehatan (merk produk tidak kami cantumkan). Sup kacang (0,46 – 5,28), sup tomat (42 – 158), sup jamur (1-10), sup mentimun (1-4), sup brokoli (4-6), spagethi (47 – 68), puree (1-3), jelly (1-3), pudding (1-5), dan sebagainya.
Konsumsilah makanan olahan dengan bijak.
Sumber: Food Chemistry 135 (2012) 1756–1761