Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdu lillahi rabbil ‘alamiin, segala puji adalah kepunyaan Allah Ta’ala yang maha benar janji-Nya. Atas segala rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu di majelis yang berbahagia ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.

Kata sabar bermakna mencegah, mengekang atau menahan. Menurut istilah, sabar bermakna menahan jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh kesah dan menahan anggota badan dari perbuatan yang tidak benar. Ada pendapat bahwa asal kata “sabar” adalah bermakna keras dan kekuatan. Pendukung kata ini ada “shabir” yaitu obat yang sangat pahit dan tidak enak. Juga kata “shubru” yang bermakna tanah yang subur yang padat dan keras. “ummu shabbar”  bermakna ibu yg penyabar. Pendapat lain mengatakan kata sabar itu bermakna menghimpun, karena orang yang sabar itu menghimpun atau mengkonsentrasikan jiwanya untuk tidak cemas dan berkeluh kesah. Berdasar pada penjelasan tersebut maka kata sabar mengandung tiga makna: menahan atau mengekang, kuat kokoh atau keras dan menghimpun

firman Allah dalam QS Al Kahfi(18): 28:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Ada tiga hal yang tertuang dalam ayat ini yaitu:

  1. Sabar bersama orang-orang yang beriman yaitu yang beribadah setiap hari karena mengharap ridha-Nya
  2. Jangan meninggalkan kebersamaan dengan orang-orang mukmin hanya demi perhiasan dunia
  3. Jangan mengikuti orang-orang yang dipenuhi hawa nafsu dan telah dilalaikan hatinya oleh Allah.

Sabar untuk selalu bersama hamba Allah yang tak putus-putusnya beribadah. Segala tindakannya adalah untuk ibadah sehingga semua kegiatan dilakukan dengan sabar karena hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Hari-hari mereka dipenuhi dengan ibadah. Saat bekerja mereka bekerja dengan penuh semangat dan jujur karena ia yakin rizki telah diatur oleh Allah SWT.

Mengikuti para ahli ibadah bukanlah hal yang mudah, godaan dunia begitu kuatnya. Dalam benak kita kadang telah tertanamkan slogan kaum sekuler yaitu “time is money” atau waktu adalah uang. Mereka mengukur setiap kegiatan kita di dunia haruslah menghasilkan harta dunia semua harus terukur. Pendapat ini kemudian menjelma menjadi penghormatan kita terhadap harta. Kita sering lebih menghormati orang yang naik mobil daripada yang hanya naik sepeda. Bahkan kita lebih sering menghormati orang kaya daripada orang biasa yang rajin ke masjid. Lihatlah kasus Gayus, hanya imingan harta dunia ia rela masuk penjara. Padahal gajinya sudah cukup untuk hidup wajar. Akankah kita berlaku sama. Tetangga kita yang tidak pernah ke masjid mengundang kita untuk tahlil dan kita berbondong-bondong datang karena kaya sedang saudara kita yang rajin ke masjid tidak berani mengundang kita karena malu dengan kemiskinannya dan kita tidak pernah bersilaturahmi kepadanya. Dan ini banyak terjadi diantara kita.

Hal yang lebih perlu kita waspadai adalah justru kita mengikuti orang-orang yang dilalaikan hatinya oleh Allah. Mereka sering memutarbalikkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits untuk menjerumuskan kita dengan kesenangan dunia. Kita sering tidak sadar arah mereka dalam menghancurkan aqidah kita. Lihatlah acara-acara TV, justru banyak acara favorit pada jam yang umumnya waktu antara shalat Maghrib dan Isya. Tujuannya tidak lain agar kita semakin jauh dari masjid. Acaranyapun kalau kita perhatikan sering menggunakan hal-hal yang dilarang atau tidak disukai Rasulullah SAW. Contoh:

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/332.)

Tapi apa yang kita lihat? Kita saksikan tiap hari baik pagi ataupun malam acara yang banyak dilihat adalah yang diperankan oleh laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita untuk mengundang tawa. Mereka jadi artis idola, dan kitapun tertawa dan suka kepadanya tanpa menyadari bahwa keimanan kita sebenarnya mulai dijauhkan dari sunnah dan kita tidak menyadari. Kalu diingatkan malah marah dan mengatakan kolot atau tidak modern dsb. 

Ada tiga hal yang tertuang dalam ayat ini yaitu:

1.       Sabar bersama orang-orang yang beriman yaitu yang beribadah setiap hari karena mengharap ridha-Nya

2.       Jangan meninggalkan kebersamaan dengan orang-orang mukmin hanya demi perhiasan dunia

3.       Jangan mengikuti orang-orang yang dipenuhi hawa nafsu dan telah dilalaikan hatinya oleh Allah.

Sabar untuk selalu bersama hamba Allah yang tak putus-putusnya beribadah. Segala tindakannya adalah untuk ibadah sehingga semua kegiatan dilakukan dengan sabar karena hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Hari-hari mereka dipenuhi dengan ibadah. Saat bekerja mereka bekerja dengan penuh semangat dan jujur karena ia yakin rizki telah diatur oleh Allah SWT.

Mengikuti para ahli ibadah bukanlah hal yang mudah, godaan dunia begitu kuatnya. Dalam benak kita kadang telah tertanamkan slogan kaum sekuler yaitu “time is money” atau waktu adalah uang. Mereka mengukur setiap kegiatan kita di dunia haruslah menghasilkan harta dunia semua harus terukur. Pendapat ini kemudian menjelma menjadi penghormatan kita terhadap harta. Kita sering lebih menghormati orang yang naik mobil daripada yang hanya naik sepeda. Bahkan kita lebih sering menghormati orang kaya daripada orang biasa yang rajin ke masjid. Lihatlah kasus Gayus, hanya imingan harta dunia ia rela masuk penjara. Padahal gajinya sudah cukup untuk hidup wajar. Akankah kita berlaku sama. Tetangga kita yang tidak pernah ke masjid mengundang kita untuk tahlil dan kita berbondong-bondong datang karena kaya sedang saudara kita yang rajin ke masjid tidak berani mengundang kita karena malu dengan kemiskinannya dan kita tidak pernah bersilaturahmi kepadanya. Dan ini banyak terjadi diantara kita.

Hal yang lebih perlu kita waspadai adalah justru kita mengikuti orang-orang yang dilalaikan hatinya oleh Allah. Mereka sering memutarbalikkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits untuk menjerumuskan kita dengan kesenangan dunia. Kita sering tidak sadar arah mereka dalam menghancurkan aqidah kita. Lihatlah acara-acara TV, justru banyak acara favorit pada jam yang umumnya waktu antara shalat Maghrib dan Isya. Tujuannya tidak lain agar kita semakin jauh dari masjid. Acaranyapun kalau kita perhatikan sering menggunakan hal-hal yang dilarang atau tidak disukai Rasulullah SAW. Contoh:

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/332.)

Tapi apa yang kita lihat? Kita saksikan tiap hari baik pagi ataupun malam acara yang banyak dilihat adalah yang diperankan oleh laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita untuk mengundang tawa. Mereka jadi artis idola, dan kitapun tertawa dan suka kepadanya tanpa menyadari bahwa keimanan kita sebenarnya mulai dijauhkan dari sunnah dan kita tidak menyadari. Kalu diingatkan malah marah dan mengatakan kolot atau tidak modern dsb.